KERUNTUHAN ENRON
KERUNTUHAN ENRON
Pada tahun 1990 – akhir tahun 1998, saham
Enron naik hingga 311%, pada tahun 1999 saham naik sebesar 56%, dan tahun 2000
kembali naik sebesar 87%. Pada 31 Desember 2000 harga saham Enron sebesar $
83,13 dengan kapitalisasi pasar $ 60 Milyar, 70 kali lipat dari laba, 6 kali
lipat dari nilai buku, serta merupakan indikasi ekspektasi yang tinggi dari
pasar saham terhadap prospek masa depan perusahaan. Atas pencapaiannya, Enron
memperoleh penghargaan sebagai perusahaan paling inovatif dalam survey
perusahaan paling dikagumi versi majalah Fortune di Amerika Serikat. Namun
dalam jangka waktu setahun, image Enron jatuh, harga saham turun hingga hampir
ke angka nol ($ 0,26 pada 02 Desember 2001), yang menyebabkan Enron menyatakan
kebangkrutan perusahaannya.
Apa yang terjadi pada Enron sangat mengejutkan
banyak pihak. Mulai dari pihak investor, badan pengawas pasar modal,
pemerintah, lembaga profesi, hingga masyarakat. Enron mampu menyembunyikan
kinerja asli perusahaan melalui manuver akuntansi dan keuangan. Hal ini juga
menunjukkan potensi kelemahan pada sistem pasar modal di Amerika Serikat.
Lantas manuver akuntansi yang bagaimanakah yang dilakukan oleh Enron dalam
menyembunyikan kinerja aslinya? Pertama-tama kita harus memahami proses bisnis
dari Enron itu sendiri.
Perusahaan Enron didirikan oleh Kenneth Lay
pada tahun 1985. Perusahaan ini merupakan hasil merger dua perusahaan pipa gas
yaitu Houston Natural Gas dengan Internorth. Pada awal 1980-an, kontrak yang
biasa dilakukan oleh perusahaan pipagas dengan pihak produsen gas disebut take-or-pay, dimana harga yang digunakan
adalah harga tetap atau akan naik seiring dengan inflasi. Biasanya kontrak yang
dijalankan adalah kontrak jangka panjang. Akan tetapi, pada pertengahan
1980-an, terjadi deregulasi atau perubahan kebijakan dimana perjanjian yang
lebih fleksibel diijinkan antara pihak produsen gas dengan perusahaan pipa gas.
Harga yang digunakan adalah harga spot. Jika dibandingkan dengan kontrak
sebelumnya, fleksibilitas harga dari peraturan ini membuat Enron memperoleh
keuntungan lebih pada 1987 - 1990 selain dari faktor meningkatnya permintaan
distribusi gas.
Dalam upaya untuk mencapai pertumbuhan
perusahaan, Enron pun mulai melakukan diversifikasi. Bidang yang dimasuki oleh
Enron antara lain perdagangan energi (gas, listrik, batu bara), besi, kertas, air
dan kabel fiber optic. Selain itu Enron juga menjalankan proyek konstruksi dan
manajemen fasilitas energi. Pada tahun 2001, Enron menjadi konglomerat yang
menjalankan bisnis-bisnis di atas. Proses ini dicapai selama periode 1990 –
2000.
Jika melihat dampak yang ditimbulkan oleh
deregulasi, harga menjadi rentan berubah sesuai dengan keadaan pasar. Jeff
Skilling pun melihat adanya peluang untuk menyediakan bank gas sebagai bantuan
yang bisa diberikan Enron kepada baik produsen gas maupun konsumen. Enron
menawarkan kontrak jangka panjang dengan harga tetap dan menggunakan instrumen
keuangan derivatif seperti swaps,
forward, dan future contract.
Selain itu, enron mulai menggunakan pembiayaan off balance sheet, dikenal sebagai Special Purpose Entities (SPE) untuk membiayai transaksi-transaksi
perusahaan. Dari sini dapat diketahui bahwa strategi Enron memanfaatkan
instrumen keuangan derivatif dalam manajemen risikonya. Strategi ini berhasil
diterapkan pada sektor energi yaitu gas dan listrik. Namun apakah sektor
lainnya juga dapat mengikuti? Ini menjadi pertanyaan yang besar terutama jika
melihat kompleksitas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.
Selain bersaing di pasar Amerika Serikat,
Enron juga melebarkan sayap ke pasar luar negeri dengan mendirikan Enron
Internasional. Enron Internasional merupakan anak perusahaan dari Enron. Pasar
yang dimasuki oleh Enron antara lain Inggris (1993), Eropa Timur, Afrika, Timur
Tengah, India, China, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Model bisnis Enron
meliputi kepemilikan terhadap aset fisik yang besar dan bidang perdagangan
dengan pasar internasional. Hal ini memperluas keterbatasan akuntansi dan Enron
pun memanfaatkannya. Selanjutnya akan dibahas tentang permasalahan akuntansi
perusahaan.
Ada dua masalah akuntansi yang utamanya
dihadapi oleh Enron. Pertama, Enron mengandalkan kontrak jangka panjang baik
dengan produsen maupun konsumen. Akuntansi mensyaratkan perusahaan untuk
melaporkan nilai sekarang (present value)
dari kontrak tersebut. Permasalahannya adalah bagaimana perusahaan dapat
menilai harga di masa datang atau berapa nilai kontrak yang diajukan, hal ini
terkait dengan pengakuan pendapatan.
Pada mulanya perusahaan energi termasuk Enron
secara sedehana akan mencatat pendapatan dan bebannya secara aktual, namun pada
perkembangannya Enron menggunakan mark to
market accounting dimana kontrak jangka panjang disetujui, nilai sekarang
(PV) terkait inflow masa depan dari
kontrak dianggap sebagao pendapatan dan PV dari biaya untuk memenuhi kontrak
dibebankan. Keuntungan dan kerugian belum direalisasikan dalam kontrak perlu
dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan tahunan pada saat mereka muncul.
Contoh atas transaksi ini adalah kontrak 20 tahun antara Enron dengan
Blockbuster Video untuk menyediakan hiburan sesuai permintaan di beberapa kota
di AS. Sebagaimana kita ketahui Enron juga memasuki bisnis broadband dan kabel fiber optic. Dari kontrak ini, Enron
mengakui keuntungan yang diestimasi sebesar $ 110 juta. Disini perlu
dipertanyakan bagaimana Enron bisa memperkirakan kelangsungan teknis dan
permintaan pasar di masa depan. Contoh lainnya adalah kontrak senilai $ 1,3
Milyar dalam jangka waktu 15 tahun dengan Eli Lilly dimana Enron bersedia untuk
menyuplai listrik ke perusahaan yang terletak di Indianapolis tersebut. Enron
melaporkan adanya pendapatan dari PV kontrak sebesar lebih dari setengah
milyar. Karena pada saat itu di Indianapolis belum ada deregulasi, maka
bagaimana mungkin Enron bisa memprediksi kapan terjadinya deregulasi untuk
membiayakan atau menghitung PV biaya dalam memenuhi kontrak.
Masalah yang kedua adalah banyaknya transaksi
yang dilakukan Enron melalui SPE. Enron menggunakan ratusan SPE selama 2001.
Kebanyakan digunakan untuk mendanai pembelian forward contract dengan produsen gas. Padahal akuntansi untuk
transaksi dengan SPE masih menjadi perdebatan. Konvensi mekanikal biasanya
mencatat transaksi ekonomi ini meskipun sebenarnya menimbulkan perbedaan antara
realitas ekonomi dengan angka akuntansi.
SPE adalah perusahaan yang dibuat oleh sponsor
(Enron), tetapi didanai oleh investor ekuitas independen dan pembiayaan hutang.
Untuk melaporkan SPE sebagai entitas terpisah dengan sponsor maka SPE memiliki
syarat: 1) Setidaknya 3% dari total kewajiban dan ekuitas harus dimiliki oleh
investor ekuitas independen; 2) Pihak investor ekuitas independen tersebut juga
memiliki hak kontrol (lebih dari 50%) di SPE; 3) Jika kondisi tersebut tidak
terpenuhi maka laporan keuangan SPE harus dikonsolidasikan dengan sponsor. Contoh, Enron menggunakan SPE untuk mendanai
akuisisi cadangan gas dari produsen, sebagai gantinya investor di SPE
memperoleh pendapatan dari penjualan cadangan ini. Terkait hal ini, Enron
mengungkapkan pada Oktober 2001 bahwa mereka telah melanggar standar yaitu
syarat yang pertama terkait SPE dimana setidaknya 3% dari total kewajiban dan
ekuitas harus dimiliki oleh investor ekuitas independen. Dengan mengabaikan
aturan ini, Enron dapat menghindari laporan konsolidasi dengan SPE. Hasilnya,
neraca Enron mencatat lebih rendah (understated)
jumlah kewajibannya dan mencatat lebih (overstated)
ekuitas dan labanya. Pada 16 Oktober 2001, Enron mengumumkan revisi laporan
keuangannya untuk tahun 1997 – 2000 dengan mengurangi laba selama 4 tahun
sebesar $ 613 juta, menaikkan kewajiban pada tahun 2000 sebesar $ 628 juta, dan
mengurangi ekuitas pada tahun 2000 sebesar $ 1,2 Milyar.
Pelanggaran akuntansi lainnya adalah Enron
hanya menyediakan pengungkapan minimal terkait hubungannya dengan SPE.
Perusahaan memang menunjukkan kepada investor terkait manajemen untuk
menurunkan risiko investasi dengan melakukan transaksi dengan SPE. Padahal
investor tidak menyadari bahwa SPE sebenarnya menggunakan saham Enron sendiri
dan jaminan keuangan sehingga Enron sebenarnya tidak benar-benar terlindungi
dari risiko. Bahkan Enron memperbolehkan beberapa karyawan kunci (termasuk CFO
Andrew Fastow) menjadi partner SPE. Tentu saja hal ini menghasilkan keuntungan
yang besar bagi karyawan tersebut.
Selain kedua masalah tersebut, terdapat
beberapa masalah akuntansi lainnya misalnya hingga akhir 2001, beberapa bisnis
baru yang dimiliki Enron tidak menunjukkan kinerja seperti yang diharapkan.
Pada oktober 2001, perusahaan mengumumkan tagihan sebesar $ 1, 01 Milyar
terkait penghapusan aset pada bisnis air dan broadband, dan investasi lainnya.
Kemudian pada 5 Oktober 2001, Enron setuju untuk menjual Portland General Corp.
Perusahaan listrik yang diperoleh pada 1997 seharga $ 1,9 Milyar, rugi $ 1,1
Milyar dibandingkan dengan harga akuisisinya.
Secara ringkas, ide perdagangan gas Enron merupakan
respon yang cukup beralasan terkait peluang yang muncul dari adanya deregulasi.
Akan tetapi, perluasan ide ke pasar yang lain dan ekspansi internasional
tampaknya tidak berjalan sukses. Permainan akuntansi membuat perusahaan mampu
menyembunyikan kenyataan ini selama beberapa tahun. Pasar modal telah
mengabaikan peringatan terkait betapa spektakulernya kinerja yang dilaporkan
Enron. Investor tampaknya ingin berasumsi bahwa tingkat keuntungan dan
pertumbuhan yang dilaporkan oleh Enron akan bertahan lama, meskipun proyeksi
tersebut sebenarnya kurang memperhatikan faktor ekonomi.
Referensi:
Healy, Paul M. and Krishna G. Palepu,
2003, The Fall of Enron, Journal of
Economic Perspective, volume 17, number 2
Comments
Post a Comment